Kamis, 21 Maret 2019 Dinas Kominfo Kota Pekalongan menyelenggarakan workshop untuk pelajar SMP dan SMA/sederajat, bertempat di Gedung Diklat Kota Pekalongan. Workshop ini bertujuan untuk membuat pelajar menjadi lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan suatu karya, terutama di bidang perfilman. Selain itu, banyak ilmu baru yang disampaikan oleh narasumber terpercaya dalam dunia perfilman.
Salah satunya yakni Bapak Ahmad Farid, selaku guru dari Komunitas Film Pekalongan. Beliau membekali kami dengan 14 langkah membuat film, serta bagaimana cara menghasilkan film yang tidak monoton. Bahkan berkat kecintaannya di dunia seni peran, sudah terbentuk Warung Kopi (Wadah dan Ruang Komunitas Perfilman) dengan sebutan Barbarea Picture. Peserta juga menonton bersama film Iklan Layanan Masyarakat karya Barbarea Picture. Keren
bukan?
Belum cukup sampai di situ, para peserta kedatangan perwakilan PARFI Kota Pekalongan. Mereka memberikan rahasia dalam membuat film, antara lain semakin bagus suatu karya maka semakin tidak tertebak ceritanya oleh penonton, lalu keahlian dalam menentukan posisi pengambilan video juga menjadi kunci penting dalam kesuksesan sebuah karya film.
Materi demi materi disampaikan, tetapi hal yang paling ditunggu adalah peserta workshop diberi tantangan untuk membuat film pendek secara spontan. Semua peserta terlihat mendiskusikan ide untuk film mereka. Hal ini membuat siswa semakin kreatif karena harus berpikir dengan waktu yang relatif singkat. Mereka dibebaskan keluar area untuk pengambilan video.
Setelah semua peserta menyelesaikan projectnya. Materi terakhir datang dari seseorang di Omah Budaya Pekalongan, sosok yang tidak asing lagi di dunia seni. Beliau menyampaikan tentang keaktoran dan penyutradaraan. Hal ini berkaitan erat dengan perfilman.
"Seorang pemain teater dan pemain film sangat berbeda. Kecuali mereka bisa menempatkan posisinya saat bermain teater dan film," ujar Bapak Siddiq Annaja di tengah penyampaian materinya.
Maksud dari kalimat diatas adalah ketika seorang pemain teater bermain dalam layar kamera yang kecil, dirinya akan menunjukkan gerak tubuh yang berlebihan. Hal ini karena pemain teater terbiasa tampil sepenuhnya agar gerak dan ekspresi wajahnya terlihat oleh seluruh penonton di sebuah gedung pertunjukan. Sedangkan pemain film hanya perlu menampilkan gerak tubuh yang sekadarnya, karena kamera sudah menunjukkan bagian sedetail mungkin.
Rangkaian materi di workshop ini sangat bermanfaat bagi generasi muda yang diupayakan selalu membuat karya. Bahkan untuk kelanjutan dari workshop ini, pihak Kominfo Kota Pekalongan mengadakan Lomba Film Iklan Layanan Masyarakat bagi pelajar. Semoga kedepannya dunia perfilman Indonesia semakin ramai dengan hasil karya anak bangsa. Salam kreatif!
Post a Comment