Remaja Melek Parenting, Siapa Takut?

Holla Kartinians!


Sudahkah kamu mempersiapkan masa depanmu? Mungkin sebagian besar dari remaja masa kini masih berkutat dengan persiapan menuju dunia perkuliahan.


Bisa jadi, saat ini kamu masih berusaha untuk meningkatkan nilai tiap semestermu, atau mungkin kamu sedang memempelajari tipe-tipe soal UTBK. Namun, pernahkah kamu terpikir untuk menyusun strategi menjadi orang tua yang baik?






Sumber: Grafologi Indonesia

Ya, sebagian besar remaja masih menganggap ilmu parenting sebagai hal yang tabu. ‘gak pengen kebelet nikah’ seringkali menjadi alasan mengapa mereka cenderung mengabaikan hal tersebut.


Namun, apakah remaja perlu mempelajari ilmu parenting?


Ya! Menurut saya perlu.


Mengapa demikian?


Karena ilmu parenting bukan hanya perlu ditekuni oleh orang-orang yang akan menjadi ayah dan ibu dalam waktu dekat. Sejatinya, ilmu parenting akan membiasakanmu untuk mengontrol emosi dan tindakanmu. Hal terpenting dalam parenting adalah menjadi teladan yang baik dan kamu bisa membiasakannya sedari dini.


Seperti yang kita ketahui, parenting yang baik akan menghasilkan generasi yang baik, berkarakter, serta mandiri. Sebelum kita menjadi orang tua di masa depan, pastikan dulu dirimu telah mencerminkan hal-hal tersebut.


Seringkali kita mendengar, bahwa orang tua adalah pendidikan pertama bagi putra-putri mereka. Namun, saat ini seringkali kita mendapati orang tua yang menerapkan pola asuh kurang baik kepada putra-putri mereka, seperti terlalu memanjakan, kurang memberi batasan, hingga kurang memberikan apresiasi pada putra-putri mereka.


Siapa sangka, pola asuh yang salah dari orang tua akan memunculkan bibit-bibit strawberry generation pada anak. Menurut Prof. Rhenald Kasali, srawberry generation atau generasi stroberi merupakan generasi yang memiliki pemikiran yang luas, namun cenderung malas dan tidak percaya diri untuk merealisasikan apa yang ada di pikirannya. Seperti halnya stroberi yang nampak indah dari luar, namun lunak di dalam. Anak dengan strawberry generation akan tumbuh menjadi seseorang yang rapuh, mudah menyerah, kurang bersemangat, dan selalu mengandalkan lingkungannya.


Sekarang bayangkan, apabila semua anak di Indonesia tumbuh menjadi anak yang manja dan rapuh, apa jadinya bangsa ini? Apakah akan ada inovasi-inovasi terbaru karya anak bangsa yang akan memajukan perekonomian negara? Atau bahkan Indonesia akan berakhir sebagai ‘Negara Wakanda’ yang dikhayalkan oleh masyarakat?


Sebagai calon orang tua dalam beberapa tahun kedepan, sejatinya kita tengah mempersiapkan calon generasi penerus bangsa. Maka, penting bagi kita untuk mulai berbenah diri dan mempersiapkan kematangan emosional. Karena ini tak hanya akan berguna ketika kita menjadi orang tua, tapi juga berguna untuk menghadapi karakteristik orang-orang di sekitar kita.


Saat ini, kamu memang belum perlu untuk menyusun strategi tipe pola asuh yang spesifik bagi putra-putrimu kelak. Berfokuslah untuk menjadi pribadi yang ‘nyaman’ dan dapat dipercaya. Belajarlah dari proses pendewasaanmu hingga kamu bisa benar-benar bisa menguasai emosimu.


Yang terakhir, fokuslah untuk menjadi orang tua yang ber-value. Kejarlah cita-citamu yang tinggi itu, entah menjadi pengusaha, tentara, dokter, atau bahkan anggota DPR. Buatlah putra-putrimu bangga dengan pencapaianmu kelak.


Tetap ingat umur ya, jangan gegabah mencari pasangan hidup. Hahahahaha! (Sgarry)

Post a Comment

Previous Post Next Post
iklan-728
iklan-728