Déjà Rêvé: Saat Mimpi Menjadi Kenyataan dan Aku Mulai Bertanya, Apakah Aku Seorang Peramal?

Suatu malam aku bermimpi berada di suatu tempat dan suasana itu terasa begitu nyata, seolah aku benar-benar menghirup udara di sana, merasakan setiap detailnya. Paginya, aku bangun, merasa itu hanyalah mimpi biasa. Tapi, hari berikutnya, BAM! Aku tiba-tiba berada di tempat yang persis seperti mimpi itu, dengan situasi dan percakapan yang sama. Rasanya…aneh? Nyata? Bahkan, agak mengerikan. Pengalamanku ini terus berulang. Orang bilang ini adalah “déjà rêvé” atau fenomena “telah memimpikan.” Tapi, jujur saja, aku mulai bertanya-tanya. Apakah ini hanya kebetulan atau… apakah aku sebenarnya peramal?


Photo by Kinga Cichewicz


Déjà rêvé berasal dari bahasa Prancis yang artinya “sudah bermimpi.” Mungkin kalian lebih akrab dengan kata “déjà vu” yaitu fenomena saat sudah pernah mengalami suatu momen sebelumnya (meskipun itu belum terjadi). Namun, déjà rêvé sedikit berbeda dan lebih spesifik tentang kejadian didalam mimpi yang tiba-tiba terjadi di dunia nyata. Jadi, mimpi ini bukan cuma terasa akrab, tapi jadi bagian dari kenyataan. Ketika sesuatu terjadi di dunia nyata yang identik dengan apa yang pernah kita mimpikan, itulah déjà rêvé. Kira-kira, kalian pernah merasakan hal yang sama?


Fenomena ini sebenarnya jadi teka-teki besar buat para peneliti. Ilmu saraf (neuroscience) masih berusaha mencari tahu, apa yang sebenarnya terjadi di otak saat kita mengalami déjà rêvé. Sebuah penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Psychology menunjukkan bahwa déjà rêvé sering terjadi ketika otak sedang dalam keadaan relaks atau hampir tidur, kondisi yang dikenal sebagai hypnagogic state yaitu fase antara terjaga dan tertidur. Pada fase ini, otak berada dalam “zona mimpi” yang memungkinkannya menciptakan ilusi bahwa kita pernah mengalami suatu hal yang sama sebelumnya. Kalian tahu kan rasanya setengah sadar saat hampir ketiduran? Ya, di fase ini otak kita sedang beraksi kreatif.


Ada juga teori yang mengaitkan déjà rêvé dengan aktivitas elektrik abnormal di otak, terutama di area yang mengatur ingatan dan mimpi seperti lobus temporal yang banyak terlibat saat kita sedang mengingat pengalaman masa lalu. Sederhananya, déjà rêvé terjadi mungkin karena otak kita sedang mencampuradukkan kenangan masa lalu dengan pengalaman baru, terutama jika pengalaman baru itu mirip dengan apa yang kita mimpikan sebelumnya.

Pengalaman déjà rêvé sering membuatku berpikir, apa mungkin ini sekadar kebetulan yang aneh? Bahkan dengan segala penjelasan ilmiah, masih ada yang membuatku merinding ketika déjà rêvé terjadi. Sensasi bahwa sesuatu yang hanya aku mimpikan tiba-tiba terwujud di dunia nyata dan sangat sulit dijelaskan. Apakah aku punya “kemampuan” khusus? Atau otakku hanya memainkan trik psikologis yang tak kasatmata? Kadang aku merasa seperti ada di antara batas kenyataan dan mimpi, dan setiap momen déjà rêvé seperti pintu kecil ke semesta lain.

Déjà rêvé bisa saja hanya suatu reaksi di otak, ingatan samar yang muncul kembali, atau mungkin… memang petunjuk kecil dari masa depan. Siapa yang tahu? Satu hal yang pasti, fenomena ini akan selalu meninggalkan pertanyaan yang belum terjawab, membawa kita untuk terus penasaran pada kekuatan otak kita sendiri.


Mungkin aku bukan peramal, tapi ada satu hal yang aku tahu jika pengalaman déjà rêvé berikutnya terjadi lagi, aku akan menyambutnya dengan rasa penasaran dan sedikit merinding!

Post a Comment

Previous Post Next Post
iklan-728
iklan-728